Posted by : sevzanwar
Rabu, 11 Januari 2017
SYARAT
PENGUJIAN SAMPEL KONSOLIDASI DAN APLIKASINYA
A.
Pengertian Konsolidasi
Konsolidasi adalah proses pengecilan
volume secara perlahan-lahan pada
tanah jenuh sempurna dengan permeabilitas rendah. Proses ini berlangsung terus
sampai menyebabkan adanya
kelebihan tekanan air pori yang disebabkan oleh adanya kenaikan tegangan total yang telah benar-benar
hilang. Kasus yang paling sederhana adalah
konsolidasi satu dimensi, dimana adanya
kondisi regangan lateral nol mutlak. Proses ini
dapat diamati dengan pemasangan alat
piezimeter. Piezemeter adalah alat yang
digunakan untuk mencatat perubahan tekanan air pori beserta waktunya.
Proses
pemuaian (swelling), adalah bertambahnya
volume tanah secara perlahan-lahan dan
terus menerus akibatnya
tekanan air pori menjadi
berlebih hingga berubah menjadi negatif, dimana pengertian
swealing berlawanan dengan konsolidasi. Inilah contoh dari konsolidasi ada pada
gambar di bawah.
B.
Pengujian Sampel Konsolidasi
Dalam Uji ini
sendiri sesungguhnya digunakan untuk mengkalkulasi koefisien kompresi
dan
koefisien rekompresi
dari suatu
sampel tanah, serta tentunya
yang
merupakan koefisien konsolidasi.



Untuk memahami
hasil uji konsolidasi atau uji oedometrik, langkah pertama yang harus dilakukan
adalah memahami apa yang sebenarnya terjadi pada butiran tanah saat suatu tanah
dibebani.
Bila apa yang
terjadi pada butiran tanah saat dibebani telah kita pahami dengan
baik, maka tidak sulit untuk memahami hasil uji konsolidasi yang akan saya
bahas lebih lanjut nanti.
·
Fase elastik dan plastik
Fase
elastik adalah fase dimana material mampu kembali ke kondisi awalnya tanpa
“menyimpan” deformasi permanen saat dilakukan
proses loading-unloading.Pada gambar dibawah ini dapat kita lihat bahwa
pada material elastik, garis fase loading dan unloading-nya berpotongan
dan tidak menyisakan deformasi permanen sama sekali. Semua material yang tidak
memenuhi persyaratan ini sesungguhnya tidak dapat dimodelisasi dengan model
elastik.
·
Fase plastik adalah fase dimana
material menyisakan deformasi permanen.saat dilakukan
proses loading dan-unloading. Yakni untuk mengetahui apakah
material telah mencapai fase plastiknya, kita harus melakukan pengujian pada
material. Pada
fase A-B pada gambar dibawah ini, material akan berperilaku elastik. Saat
pembebanan diteruskan melalui titik B-C-D, yang kemudian unloading dilakukan di
D-E, ternyata material menyisakan deformasi permanen. A-E, ini berarti bahwa material yang
bersangkutan telah berada dalam fase plastik. Jika pembebanan dilanjutkan
melalui E-D-F, maka pada suatu saat material akan failure pada titik F.
Perilaku
material pada fase plastik sendiri bias berupa hardening (garis
B-C), softening (garis C-D), atau relatif konstan (D-F).
Seperti terlihat pada gambar, saat fase hardening, makatahanan
dalam maksimal pada material akan bertambah, sedangkan sebaliknya
saat fase softening, maka tahanan dalam maksimal material
akan berkurang. banyak
orang yang berpikir sudah mengerti, namun sebenarnya belum benar-benar mengerti
kurva tegangan-regangan pada kondisi plastis diatas Untuk menguji
pemahaman dari kurva tersebut.
Sebuah batang
baja yang memiliki perilaku plastis seperti ditunjukkan pada kurva plastis
diatas akan ditarik pada kedua ujungnya menggunakan inkremen
tegangan
hingga putus.

Perlu diketahui
bahwa tegangan dalam material tidak mungkin melebihi nilai tegangan dalam
ultimitnya. Ini berarti saat material dibebani tegangan luar yang lebih besar
daripada tegangan dalamnya, maka material hanya akan mengalir (flow) alias
regangan bertambah terus.
Nilai tegangan
dalam material akan berkorelasi dengan regangan yang terjadi tersebut.Butiran
tanah seperti semua material padat lainnya, karena ia bukan material
yang purely elastic, maka saat dibebani ia akan berdeformasi dan pada
akhirnya hancur menjadi butiran yang lebih kecil.Hancurnya butiran tanah
saat pemberian tegangan kompresi.
Tegangan kompresi adalah tegangan yang besarnya sama pada
ketiga arah prinsipal di sistem sumbu kartesian. Sebuah sampel tanah pasti
memiliki suatu angka pori (void ratio) tertentu. Nilai angka pori ini penting
karena nilai ini menunjukkan bahwa besarnya rasio pori terhadap solid atau
dengan kata lain menggambarkan seberapa besar porositas tanah.
Angka-angka pori
didefinisikan sebagai rasio dari
volume pori
pada kerangka solid tanah,
terhadap volume kerangka solid tersebut
. Volume pori
pada kerangka solid tanah
merupakan volume total dari fase likuid dan gas.




Untuk
mendemonstrasikan bagaimana perilaku butiran tanah saat diberi tegangan
kompresi, gambar dibawah ini menunjukkan sebuah sampel yang
saya analogikan sebagai tanah.
Sampel tersebut
dibentuk dari butiran yang berbentuk poligonal (anggap butiran tersebut adalah
butiran tanah) dengan ukuran yang sama (monodisperse). Pada kondisi awal
ini, sampel tersebut memiliki angka pori inisial .
Bila pada
sampel diatas saya berikan tegangan kompresi, maka sampel tersebut akan
memiliki deformasi volumik negatif (kontraksi/volume berkurang). Kontraksi yang
terjadi pada sampel tanah dapat terjadi karena: Deformasi
dan failure dari butiran tanah lalu
Reorganisasi butiran tanah pada sampel tersebut
Pada saat
tegangan kompresi tidak terlalu besar, maka butiran tanah hanya akan
berdeformasi saja (tanpa failure). Kemudian akibat terjadinya
deformasi pada sampel, maka tentu saja angka pori sampel akan berkurang,
dari
menjadi
. Untuk lebih jelasnya perhatikan
gambar dibawah ini.


Sumber
: http://ministreet.co
Gambar 4
Hubungan
angka pori dan tegangan saat butiran tanah hanya berdeformasi
kecil
Saat tegangan
kompresi terus ditambah, butiran tanah tersebut akan mencapai fase plastis, dan
suatu saat bila tegangan kompresi tersebut terus ditambah, maka butiran tanah
tersebut akan hancur menjadi segitiga-segitiga penyusunnya seperti dibawah ini.
Bila pembebanan
terus dilakukan tentu saja akan diperoleh semakin banyak butiran yang
hancur. Pada saat butiran tanah mulai hancur, maka laju penurunan angka
pori akan lebih cepat!!
Perlu diketahui bahwa pada
sampel tanah yang sebenarnya, butiran yang telah hancur tersebut dapat hancur
pula menjadi butiran penyusunnya yang lebih kecil.
Bila kita
gambarkan fenomena diatas dalam kurva angka pori dan tegangan, maka akan
diperoleh kurva sbb:
Kurva terakhir
diatas menunjukkan bahwa akibat adanya kehancuran butiran, maka laju
penurunan angka pori pada sampel akan berbeda antara fase awal dimana
tidak ada butiran yang hancur dan fase dimana ada butiran-butiran yang mulai
hancur.
Tekanan awal akan tergantung pada
jenis tanah, kemudian serangkaian tekanan dikenakan pada contoh tanah, di mana
setiap tekanan besarnya dua kali besar tekanan sebelumnya. Biasanya setiap tekanan
diperlihatkan selama 24 jam,
Pada akhir periode penambahan ini dimana tekanan air pori berlebihan telah
terdisipasi secara sempuma, besarnya tekanan yang bekerja sama dengan tegangan
vertikal efektif pada contoh tanah. Hasil-hasil tersebut diperlihatkan dengan
memplot tebal (prosentase. perubahan tebal Tegangan efektif tersebut dapat diplot dalam skala biasa
maupun skala logaritmis.
Uji
konsolidasi satu-dimensi
dengan kekangan lateral dilakukan di laboratorium terhadap contoh tanah berbutir
halus. Beban diberikan dengan waktu tertentu sesuai prosedur,
dan kompresi yang terjadi diakibatkan oleh keluamya air pori. Hal - hal yang
perlu diperhatikan dalam uji konsolidasi
·
Tes konsolidasi dilakukan terhadap contoh tak-terganggu.
·
Sampel yang dipilih merupakan sampel yang mewakili pada
kedalaman dan lapisan tertentu.
·
Pembebanan dilakukan sesuai prosedur, biasanya kenaikan
beban berjalan sesuai dengan deret ukur, yaitu 25, 50, 100, 200, 400, 800, 1600
(kadang-kadang sampai 3200) kPa, atau 5, 10, 20, 40, 80, 160........ dst.
kPa.
DAFTAR PUSTAKA
Braja,
M.Das, 1995, “Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis)”,
edisi I, Penerbit Erlangga, Jakarta, Indonesia.
Craig,
R.F Budi Susilo. 1989, “Mekanika Tanah”,Penerbit Erlangga,
Jakarta, Indonesia.
Junaedi, Asep. 2012. “Konsolidasi Pada Mekanika Tanah”. http://asepzhri.blog.com/2012/08/29/mekanika-tanah-i/. Diakses pada
tanggal 18 Maret 2016 pukul 13.56 WIB.