Posted by : sevzanwar
Minggu, 15 Januari 2017
DESKRIPSI CORE
A.
Pengertian
Core
Core ataupun inti bor yakni adalah suatu sampel batuan yang
biasanya selalu diambil dari bawah
permukaan akibat dari adanya metode – metode tertentu, salah satunya, yakni
pengeboran.
Cara pengambilan suatu sampel batuan dapat dibagi menjadi
3. Yaitu : (1). Cutting, (2). Coring, (3) Keduanya digunakan
yakni teknik cutting dan coring
atau biasa disebut dengan touch corring.
Data core
adalah data yang umumnya paling baik untuk mengetahui kondisi – kondisi yang
ada di bawah permukaan. Data-data
yang didapat dari core:
a)
Data Analisa inti batuan secara
kualitatif.
Adalah analisa yang dapat dengan cepat mendeterminasi
semua jenis dari litologi kedalaman yang sedang diteliti dari litologi
tersebut. Zona hidrokarbon, komposisi formasi, serta informasi paleontologi.
Karena, pada inti batuan dapat dilihat dengan jelas jenis litologi, kumpulan
fauna, struktur sedimen, tekstur, maupun tanda – tanda adanya atau tidak adanya
hidrokarbon maupun kedalaman sampel dari inti batuan tersebut. Informasi dari
inti batuan yang sangat penting antara lain :
a.
Pemerian batuan dengan sangat
lengkap
b.
Fosil yang ada dalam inti batuan
tersebut dapat dipakai untuk petunjuk di dalam pemboran selanjutnya. Dan
sebagai penunjuk arah kemana harus dilakukan pemboran yang seterusnya. Apabila
di korelasikan dengan data dari tempat lain.
c.
Menunjukkan adanya sifat – sifat fasies
yang ada di dalam sedimen klastik. Lalu dapat diketahui fasies sedimenter pada
sumur bor tersebut.
d.
Untuk batuan yang mempunyai beberapa
lapisan, inti batuan yang dapat diukur oleh strike dan dip.
b)
Data Analisa inti batuan secara
kuantitatif
Data analisa ini adalah harga terhadap porositas,
pemeabilitas dan kejenuhan cairan yang ada di dalam inti batuan dari batuan –
batuan reservoar yang ditentukan
oleh cadangan hidrokarbonnya.
Pemilihan inti batuan yang dianalisa pada kontak minyak dan gas ataupun air dan gas.
Pemilihan inti batuan yang dianalisa pada kontak minyak dan gas ataupun air dan gas.
Biasanya kontak tersebut mempunyai jenis batuan lempung,
terutama kontak antara gas dan minyak yang daerahnya disamping kontak inti
batuan yang dianalisa pada kejenuhan hidrokarbon yang relatif tinggi. Terutama pada daerah yang banyak mengandung
minyak.
Analisis batuan ini dilihat dari sedimentologi dan
geologi reservoar. Analisis core lebih
di beratkan pada analisis sedimentologi. Yang dalam penentuan lingkungan
pengendapan.
Deskripsi inti batuan dan analisis petrografi saling
melengkapi yakni untuk menentukan beberapa faktor.
Seperti lingkungan pengendapan, mengidentifikasi rekahan
dan mineralogi ataupun pengaruhnya terhadap kualitas batuan dan produksi.
Analisis ini dapat digunakan untuk menentukan :
a.
Deskripsi detail dari batuan sedimen
b.
Hubungan dan konektivitas dari
matrik dan porositas rekahan
c.
Tipe – tipe batuan dan tekstur dan
karakteristik batuan.
d.
Mineralogi dan asal dari butiran
e.
Komposisi mineralogi dari matrik dan
semen
f.
Hubungan antara butir semen,matrik,
dan porositas
Teknik – teknik pengambilan dari sampel
inti ini dapat dibagi 5, yakni:
a. Percussion Sidewall core
b. Rotary Sidewall core
c. Gravitycoring
d. Vibracoring
e. Drilling
Tujuan dari
pengambilan core dibagi menjadi 2, yakni: (1). Data primer. (2). Data Sekunder.
Adapun data- datanya adalah sebagai berikut :
1. Data primer
a. Jenis batuan dan mineral
b. Kemiringan batuan
c. Struktur batuan
d. Formasi antar batuan
2. Data Sekunder
a. Korelasi data antar daerah sumur untuk menentukkan arah dan batas dari
sebaran batuan
b. Pemetaan batuan di bawah permukaan
c. Core Recovery
d. Rock Quality Designation
B.
Kegunaan Core
Kegunaan core atau sampel inti adalah untuk memperlihatkan variasi iklim, suhu dan
curah hujan, spesies juga
komposisi sedimen selama masa
sejarah geologi dan memberikan pemerian nama
batuan secara lengkap. Coring awalnya
digunakan sebagai salah satu metoda pengambilan sampel di lingkungan deposito bijih ataupun dalam eksplorasi minyak kemudian
saat
ini, diperluas
sampai
lingkungan
lautan, danau, es, lumpur, tanah
ataupun kayu.
Core juga digunakan sebagai
keperluan statigrafi dalam
menganalisis suatu daerah ataupun
biasanya digunakan perusahaan minyak dalam
pengambilan data.
Stratigrafi
terdiri dari beberapa elemen penyusun, yaitu :
a.
Elemen Batuan
Pada stratigrafi batuan yang lebih diperdalam untuk
dipelajari adalah batuan sedimen,
karena batuan ini memiliki perlapisan, terkadang batuan beku dan metamorf juga dipelajari dalam kapasitas yang sedikit.
b. Unsur
Perlapisan (Waktu)
Merupakan
salah satu sifat batuan sedimen yang disebabkan oleh proses pengendapan
sehingga menghasilkan bidang batas antara lapisan satu dengan yang
lainnya yang merepresentasikan perbedaan waktu/periode pengendapan.
Bidang
perlapisan merupakan hasil dari suatu proses sedimentasi yang berupa:
1.
Berhentinya suatu pengendapan sedimen
dan kemudian dilanjutkan oleh pengendapan sedimen yang lain.
2.
Perubahan warna material batuan yang
diendapkan.
3.
Perubahan tekstur batuan (misalnya
perubahan ukuran dan bentuk butir).
4.
Perubahan struktur sedimen dari satu
lapisan ke lapisan lainnya.
5.
Perubahan kandungan material dalam
tiap lapisan (komposisi mineral, kandungan fosil, dll).
Korelasi dapat diartikan sebagai penentuan unit
stratigrafi dan struktur yang mempunyai persamaan waktu, umur dan posisi
stratigrafi. Korelasi ini digunakan untuk keperluan dalam pembuatan penampang
dan peta bawah permukaan. Data yang digunakan dalam korelasi antar sumur adalah
berupa wireline log dan seismik.
Korelasi
dapat dibagi menjadi dua yaitu korelasi organik dan korelasi anorganik.
Korelasi organic secara umum dilakukan berdasarkan kandungan fosil yang
terdapat pada suatu lapisan. Berdasarkan fosil yang dipakai dibagi menjadi
empat yaitu :
·
Berdasarkan fosil penunjuk yang sama
(fosil index).
·
Berdasarkan kesamaan perkembangan
fosil yang diakibatkan oleh perubahan lingkungan hidup.
·
Berdasarkan kesamaan derajat evolusi.
·
Berdasarkan kesamaan fosil yang
terdapat dalam batuan.
Korelasi
anorganik dilakukan dengan membandingkan kesamaan unsur litologi (urutan
stratigrafi). Metode ini merupakan metode yang sering dilakukan, adapun
macamnya adalah :
a)
Memakai lapisan penunjuk ( key bed
/ marker bed)
b)
Lapisan yang dicirikan key bed
antara lain abu vulkanik, batugamping terumbu, lapisan tipis serpih.
c)
Horizon dengan karakteristik tertentu karena
perubahan kimiawi dari massa air akibat perubahan pada sirkulasi air seperti
zona mineral tertentu atau zona kimiawi tertentu.
d)
Korelasi dengan cara meneruskan bidang
refleksi pada penampang seismic
e)
Korelasi atas dasar persamaan posisi
stratigrafi batuan.
f)
Korelasi atas dasar aspek
fisis/litologis.
g)
Korelasi atas dasar maksimum flooding
surface.
Untuk
mendapatkan hasil korelasi yang lebih akurat jika semua data tersedia maka
sebaiknya korelasi didasarkan pada metode organik dan anorganik. Hubungan
lateral yang diperlihatkan dalam korelasi antar sumur antara lain :
a)
Ketebalan
b)
Pembajian lapisan
c)
Perubahan fasies penyerpihan.
Korelasi
dari log mekanik digunakan pada sebagian besar pekerjaan korelasi pada industri
minyak dan gas bumi. Tipe-tipe log yang biasa digunakan antara lain log penafsir
litologi yang dikombinasikan dengan log resistivity atau log porositas.
Pemilihan tipe log untuk korelasi tergantung pada kondisi geologi daerah yang
bersangkutan.
Fosil di dalam inti batuan dapat pula dipakai sebagai
petunjuk di dalam pemboran seterusnya dan sebagai penunjuk arah kemana harus
dilakukan pemboran seterusnya apabila dikorelasikan dengan data yang didapat dari sumur lain.
Untuk batuan yang terdapat adanya perlapisan, Core yang digunakan untuk mengukur jurus ataupun kemiringannya
Melalui analisa core kita dapat mengetahui secara langsung informasi tentang sifat – sifat fisik batuan
yang dapat ditembus
selama melakukan pemboran. Selain itu core pada pohon – pohon yang
sangat tua dapat memberikan
informasi tentang
cincin pertumbuhan mereka tanpa merusak pohon tersebut.
C.
Penanganan inti bor
Penanganan inti
bor ini merupakan proses – proses yang dilakukan setelah inti bor mencapai
permukaan. Adapun penanganan tersebut :
1.
Pemotongan
Setelah inti bor mencapai permukaan. Lalu inti bor dapat
dikeluarkan dari barrel dan dapat dipotong tiap – tiap 1 meter dengan
menggunakan core cutter. Tujuan dari pemotongan ini agar didapat core
box mudah untuk di pindahkan. Penempatan core box harus bersusun top
– bottom dan diberikan tanda disertai oleh informasi kedalaman sampel
tersebut.
2.
Pembungkusan
Pembungkusan ini dilakukan agar inti bor tidak terjadi
perubahan yang disebabkan oleh cairan fluida. Ataupun pada saat
pemindahan terjadi kerusakan. Pembungkusan ini dilakukan juga untuk melindungi
potongan inti bor. Perlindungan inti bor dapat dilakukan oleh beberapa cara.
Yakni:
a.
Metode Pipa PVC
Metode ini dilakukan dengan cara memasukkan inti bor ke
dalam pipa PVC. Yang kemudian kedua ujung dari pipa ini ditutup dengan
rapat.
b.
Metode Fibber Glass
Metode ini dilakukan dengan cara barrel dipasangkan
fiber glass. Sehingga, saat di atas permukaan inti bor sudah terlindungi
oleh fiber glass di dalam pipa tersebut. Kemudian inti bor tersebut
dapat dipotong dan di suntikkan resin agar inti bor tidak mengalami perubahan
saat pemindahan terjadi.
c.
Metode lilin
Metode ini dilakukan dengan cara inti bor dilapisi oleh
plastik tipis. Lalu, dibungkus pula dengan menggunakan alumunium foil dan
diberi penamaan. Lalu, diikatkan dengan tali dan selanjutnya dicelupkan inti
bor yang sudah dimasukkan dalam plastik tipis tersebut ke dalam lilin.
KESIMPULAN
Core ataupun inti bor
yakni adalah suatu sampel batuan yang biasanya selalu diambil dari bawah permukaan akibat dari adanya
metode – metode tertentu, salah satunya, yakni pengeboran.
Cara pengambilan suatu sampel batuan dapat dibagi menjadi
3. Yaitu : (1). Cutting, (2). Coring, (3) Keduanya digunakan
yakni teknik cutting dan coring
atau biasa disebut dengan touch corring.
Stratigrafi
adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi
perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan
sejarah bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antar lapisan yang berbeda
dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi),
kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi).
stratigrafi kita pelajari untuk mengetahui luas penyebaran lapisan batuan.
Korelasi
dapat diartikan sebagai penentuan unit stratigrafi dan struktur yang mempunyai
persamaan waktu, umur dan posisi stratigrafi. Korelasi ini digunakan untuk keperluan
dalam pembuatan penampang dan peta bawah permukaan. Data yang digunakan dalam
korelasi antar sumur adalah berupa wireline log dan seismik. Korelasi
dapat dibagi menjadi dua yaitu korelasi organik dan korelasi anorganik.
Korelasi organic secara umum dilakukan berdasarkan kandungan fosil yang
terdapat pada suatu lapisan.
Melalui analisa core kita dapat mengetahui secara langsung informasi tentang sifat – sifat fisik batuan
yang dapat ditembus
selama melakukan pemboran. Selain itu core pada pohon – pohon yang
sangat tua dapat memberikan
informasi tentang
cincin pertumbuhan mereka tanpa merusak pohon tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1.Boez,Say.2014. “Core”. http://boezsay/2014/10/core.html. Diakses pada tanggal
30 Desember 2016 pukul
19.45 WIB.
2.Noviandri, Rendi.
2011. “Analisis Lingkungan Pengendapan dan Fasies ”. http://rendinoviandri/2011/03/22/core-core-sample-intibatuan.html.Diakses pada tanggal
30 Desember 2016 pukul
21.35 WIB.
3.Prihatin,
Tri Setyobudi. 2010. “Korelasi Unit Stratigrafi”. https://ptbudie.wordpress.com/2010/12/25/korelasi-unit-stratigrafi/. Diakses pada tanggal 30
Desember 2016 pukul
13.27 WIB.